Sabtu, 03 Agustus 2013

TURUNKAN HIPERTENSI DENGAN BEKAM



Saat ini ada kecendrungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan rakyat pedesaan. Hal ini dipengaruhi gaya hidup masyarakat kota seperti sedikitnya aktivitas tubuh, stres, konsumsi garam berlebih, obesitas, kurang olahraga, merokok, alkohol dan makanan yang tidak sehat.

Angka kejadian hipertensi di dunia cukuplah tinggi. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 saja, jumlah keseluruhan kasus hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 % dari populasi penduduk yang berusia 18 tahun ke atas. Sementara 60% dari persentase tersebut berujung stroke, gangguan jantung, gagal ginjal dan kebutaan.

Seseorang dikatakan menderita hipertensi ketika terjadinya peningkatan tekanan ke atas pembuluh darah arteri akibat tekanan jantung (sistolik) dan atau tekanan saat jantung beristirahat diantara pompaan (diastolik) yang tidak normal. Umumnya dikatakan hipertensi jika tekanan sistolik melebihi 160/mmHg dan tekanan diastolik melebih 95 mmHg serta terjadi terus menerus.

Hipertensi bukanlah penyakit, melainkan tanda dan gejala saja. Artinya ada masalah kesehatan yang belum ditemukan dalam diri pasien yang menyebabkan kerja jantung menjadi terganggu, misalnya ginjalnya bermasalah, jantung atau pembuluh darahnya mengalami pengapuran atau bahkan ada masalah psikologis yang belum tuntas sehingga itu semua menyebabkan meningkatnya frekuensi sistole dan diastole.

Secara medis hipertensi dibagi atas hipertensi primer dn sekunder. 90% kasus hipertensi adalah jenis primer, yang mana belum diketahui penyebabnya dengan jelas secara medis. Sementara sisanya, yaitu hipertensi sekunder yang terjadi akibat ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan terganggunya keseimbangan hormon yang mengatur tekanan darah.

Adapun gejala umum hipertensi dapat meliputi sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar seperti akan terjatuh, berdebar-debar, nadi terasa cepat dan telinga berdenging. Akibat kompleksitas permasalahan hipertensi ini, apabila tidak dilakukan pengobatan secara tuntas dapat menimbulkan stroke, jantung koroner, gagal ginjal dan lainnya.

Pada teorinya, beberapa kondisi tertentu dapat menunjukkan bagaimana terjadinya proses yang membawa sesorang menjadi penderita hipertensi dan mengalami permasalahan pada pembuluh darah lainnya. Misalnya, apabila di dalam tubuh terbentuk oksigen reaktif yang kemudian merubah lipid menjadi lipid proksida setelah bereaksi dengan radikal bebas, maka akibatnya adalah percepatan proses penuaan, termasuk di dinding pembuluh darah. Selain itu oksigen reaktif dapat meningkatkan kadar LDL (low density lipoprotein) yang kemudian menjadi penyebab penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Dampak dari penimbunan kolesterol tersebut adalah terjadinya artherosklerosis atau lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner.

Kemudian akibat proses kerusakan dinding pembuluh darah, dinding terdalam pada pembuluh darah mengalami pengerasan yang diikuti oleh penumpukan kolagen dan kalsium, sehingga dinding arteri menjadi kaku. Akibat arteri tidak elastis dan fleksibel, maka beban jantung meningkat. Kemudian apabila terjadi stress emosional dapat semakin memperparah keadaan, karena dapat meningkatnya kadar kolesterol dan trombosit, memperpendek waktu pembekuan darah serta terjadinya tekanan darah yang tinggi secara menetap.

Pada penderita hipertensi juga seringkali ditemukan darah rusak yang berupa darah merah pekat dan berbuih karena dampak perusakan oleh radikal bebas dan zat yang mengotori darah. Darah rusak yang terlihat dari hasil pembekaman adalah darah yang mengandung sisa metabolisme yang menyumbat peredaran darah. Darah rusak cendrung mengakibatkan sistem peredaran darah dalam tubuh tidak berjalan lancar. Akibat penumpukan darah rusak maka kesehatan seseorang datap terganggu, baik secara fisik maupun mental. Sementara itu racun dapat mengotori darah melalui empat pintu :

Pertama, melalui makanan yang mengandung pestisida, insektisida, fungisida, zat pewarna, penyedap makanan, hormon dan logam berat. Kedua, yaitu melalui minuman, seperti zat pewarna, zat aroma esens, logam berat, baha kimia dan lain-lain. Ketiga, melalui pernapasan, seperti asap kendaraan, asap pabrik, asap rokok dan sebagainya. Keempat, melalui obat-obatan yang berupa antibiotik, analgesik, antipiretik dan sebagainya.

Racun yang masuk melalui empat pintu ke dalam tubuh manusia kemudian merusak darah, lalu darah menumpuk dibawah kulit. Jika darah rusak tersebut tidak dikeluarkan, maka tubuh akan melemah dan terserang penyakit. Uniknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa bekam ternyata hanya mengambil bagian darah yang rusak saja, sedangkan darah bersih, sel darah putih dan zat-zat penting lainnya tidak ikut terusik. Selain itu berdasarkan penelitian, bekam meningkatkan kelenturan sel darah merah dan mempercepat regenerasi eritrosit.

Adapun mekanisme regenerasi sel eritrosit akibat pembekaman adalah akibat terjadinya pengeluaran darah dari tubuh kemudian merangsang hepar dan darah untuk melakukan detoksifikasi dan selanjutnya terjadilah rangsangan pada sumsum tulang untuk segera menghasilkan sel eritrosit baru. Sel eritrosit yang baru terbentuk tentunya berada dalam kondisi baik, sehigga akhirnya dapat menjalankan fungsinya secara optimal mulai dari tingkat sel hingga sistem organ. Beberapa penelitian terdahulu yang telah menyatakan efektifitas bekam bagi penderita hipertensi kemudian dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi Widada, S.Kp, M. Ked yang bekerja sama dengan Puskesmas Sumbersari, Jember dengan rentang waktu selama 5 bulan.

Adapun penelitian dilakukan pada sampel penelitian yang telah ditentukan, yaitu meliputi laki-laki yang berusia antara 40 sampai 60 tahun dan menderita hipertensi, yaitu tekanan darah antara sistole (140 – 180 mmHg) dan diastole (90 – 110 mmHg). Sampel juga diharuskan tidak sedang menjalani pengobatan hipertensi. Sampel telah dipilih kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah, kemudian masing-masing sampel dilakukan pembekaman di tujuh area di punggung selama 30 menit. Setelah satu jam, populasi sampel diukur kembali tekanan darahnya dan hasilnya dikalkulasi serta dianalisa melalui metode statistik dengan uji t-dependen (paired t-test).

Pada data hasil penelitian tersebut didapat rata-rata tekanan darah sebelum dibekam 150,90/96,83 mmHg dan setelah dibekam menjadi 136,07/90,17 mmHg. Bila mengacu pada kriteria hipertensi yaitu 140/95 mmHg maka jelaslah tekanan darah baik sistole maupun diastole menunjukkan perubahan yang bermakna. Oleh karenanya bekam dianjurkan sebagai pengobatan non farmakologis bagi penderita hipertensi.

Disarankan juga bagi penderita hipertensi untuk melakukan olah raga seperti berjalan kaki atau berjalan cepat, mengapa? Olah raga diketahui dapat memanipulasi pelepasan endorphin. Sementara endorphin dapat berfungsi untuk memblok rasa sakit yang tidak perlu. Selain itu telah terbukti bahwa olah raga dapat memperbaiki sirkulasi, melemaskan otot-otot dan memudahkan tidur nyenyak. Dengan demikian, tubuh menjadi resisten terhadap rasa sakit, serta mampu bertahan dari kelelahan dan sakit kepala yang disebabkan ketegangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar