Kamis, 31 Juli 2014

HIDUP SEHAT ALA RASULULLAH



Salah satu nikmat Allah yang harus kita jaga adalah nikmat kesehatan. Betapa tingginya nikmat kesehatan ini dapat kita rasakan ketika kita telah dirundung sakit. Oleh karena itu, maka mencegah agar kita tidak sakit akan jauh lebih berharga dibandingkan dengan mengobatinya, meskipun kita percaya bahwa semua penyakit memang ada obatnya.

Salah satu usaha untuk mencegah supaya kita tidak gampang sakit adalah mengikuti cara yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam sejarah Rasulullah SAW, konon diketahui bahwa selama hidupnya pernah mengalami sakit satu kali saja. Yaitu ketika beliau menjelang tutup usia. Memang ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah mengalami sakit lebih dari satu kali. Namun, pendapat tersebut tetap menunjukkan bahwa Rasulullah memang jarang menderita sakit selama hidupnya. Dengan melihat betapa sibuknya beliau dalam mengemban tugas kenabian, maka pendapat tersebut tetap memberikan gambaran betapa kuat fisik beliau atau betapa kuat daya tahan beliau.

Pertanyaan yang akan dijelaskan dalam tulisan singkat ini adalah kiat-kiat apakah yang beliau lakukan dalam keseluruhan kehidupan beliau, sehingga Rasulullah SAW memang memiliki daya tahan fisik yang begitu kuat? Ada beberapa kebiasaan hidup yang rupanya menjadi fondasi yang kuat bagi kesehatan beliau.

Pertama,
Rasulullah SAW sangat selektif dalam memilih makanan yang halalan dan toyyiban. Rasulullah SAW hanya makan makanan yang halal, dalam arti bukan makanan haram yang diperoleh dari usaha atau cara yang tidak dibenarkan secara syariat. Dengan kata lain, Rasulullah SAW selalu makan makanan yang diperoleh dengan cara yang benar. Bukan makanan dari hasil curian, bukan berasal dari uang korupsi, dan sebagainya. Halal terkait dengan urusan akhirat. Sementara toyyib terkait dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya untuk kesehatan kita, atau bergizi atau tidaknya makanan yang kita makan. Sate kambing, sebagai contoh, memang merupakan makanan yang halal, karena diperoleh dari membeli dengan menggunakan uang dari jerih payah dalam bekerja, bukan uang korupsi dan atau bukan berasal dari hasil mencuri. Namun sate kambing bukan makanan yang toyyib bagi seseorang yang mungkin mengalami tekanan darah tinggi.

Kedua,
Rasulullah SAW tidak makan sebelum lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang. Dalam hal ini, Rasulullah SAW tidak makan sampai terlalu kenyang. Tidak makan sampai di luar batas kemampuan perutnya. Rasulullah mempertimbangkan kemampuan perut dengan perbandingan yang seimbang antara sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk udara (oksigen) di dalam perut. Perbadingan ideal tersebut hanya dapat dilakukan jika beliau tidak makan sebelum lapar, segera berhenti makan sebelum kenyang. Dengan kata lain, makan yang baik adalah pada waktunya. Penyakit maag pada umumnya terjadi karena cara makan yang tidak teratur.

Ketiga,
Rasulullah SAW makan dengan tenang, tuma’ninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo yang sedang. Cara makan yang dilakukan Rasulullah SAW ternyata sangat sesuai dengan anjuran kesehatan, agar kita mengunyah makanan sampai sekitar 32 kali, sehingga makanan yang kita makan sampai di usus besar dapat dicernakkan dengan mudah, dan kemudian diserap di usus halus dengan mudah pula. Tugas usus akan sangat terbantu oleh cara makan yang tenang, tumakninah, tidak tergesa-gesa, dan dengan tempo yang sedang. Kita akan menikmati lezatnya makanan yang kita makan dengan cara makan yang demikian. Dan dengan demikian, rasa syukur akan muncul ketika kita makan, di samping memulai makan dengan basmallah dan mengakhirinya dengan hamdallah.

Keempat,
Rasulullah SAW cepat tidur dan cepat bangun. Jika sudah waktunya tidur, maka Rasulullah SAW akan cepat tidur. Tidur yang tepat di malam hari kira-kira adalah seusai istirahat setelah shalat Isya, kurang lebih pukul 21.30. Kemudian kira-kira pukul 03.00 sudah bangun di pertiga malam untuk shalat malam. Dengan demikian waktu yang digunakan untuk tidur adalah kurang dari delapan jam. Dalam konteks ini, penggunaan waktu 24 jam dalam satu hari satu malam, adalah sepertiga untuk bekerja, sepertiga untuk beribadah kepada Allah, dan sepertiga lagi adalah untuk tidur yang cukup. Tentu saja, perbandingan ini tidaklah kaku, melainkan dalam pengertian dalam keseimbangan.

Dalam hal urusan tidur, beliau tidak tidur melebih kebutuhan, namun tidak juga menahan diri tidak menahan diri untuk tidur sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal kebutuhan tidur yang melebih kebutuhan ini pernah diadakan penelitian oleh Daniel F. Kripke, seorang ahli psikiatri Universitas California, Amerika Serikat. Penelitiannya yang dilakukan di Jepang dan Amerika Serikat selama 6 tahun dengan responden berusia 30 – 120 tahun, dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang memiliki kebiasaan tidur lebih dari 8 jam sehari memiliki resiko kematian yang lebih cepat. Hal ini sangat berlawanan dengan mereka yang memiliki kebiasaan tidur kurang dari delaman jam, 6 – 7 jam, maksimal 8 jam.

Menurut riwayat, cara tidur Rasulullah adalah miring ke kanan, menghadap kiblat. Jika sudah penat dengan cara ini, kemudian beliau miring ke kiri barang sejenak dan kemudian miring ke kanan kembali.

Tiga manfaat yang dapat diambil dari posisi tidur miring ke kanan, yaitu:
a.      Menjaga saluran pernafasan
Tidur miring mencegah jatuhnya lidah ke pangkal yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Tidur dengan posisi telentang, mengakibatkan saluran pernafasan terhalang oleh lidah. Yang juga mengakibatkan seseorang mendengkur. Orang yang mendengkur saat tidur menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Bahkan terkadang dapat mengakibatkan terhentinya nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkannya dari tidur. Orang tersebut biasanya akan bangun dengan keadaan pusing karena kurangnya oksigen yang masuk ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu kualitas tidur.

b.     Menjaga kesehatan jantung
Tidur miring ke kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya. Hal ini disebabkan karena posisi jantung yang lebih condong berada di sebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan, karena darah yang masuk ke atrium juga banyak yang disebabkan karena paru-paru kanan berada di atas. Sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.

c.      Menjaga kesehatan paru-paru
Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring ke sebelah kanan, jantung akan condong ke sebelah kanan. Hal ini tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan lebih besar. Lain halnya jika bertumpu pada sebelah kiri,  jantung akan menekan paru-paru  kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.
Namun Rasullah juga terkadang miring ke kiri untuk sementara dan kemudian kembali lagi miring ke kanan.

Sebelum tidur dianjurkan untuk berdoa, sebagaimana Rasulullah mencontohkan doa sebelum tidur:
“Dengan namaMu ya Allah, aku hidup dan aku mati” (HR Bukhari-Muslim).
Kemudian ketika bangun tidur kita juga dianjurkan untuk berdo’a:
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Ia mematikan kami. Dan kepadaNyakita semua berkumpul” (HR Bukhari).

Kelima,
Rasulullah SAW selalu istiqamah melaksanakan puasa sunah,  di luar puasa wajib Ramadhan. Dari segi kesehatan, puasa merupakan satu bentuk pemberian istirahat bagi sistem pencernakan makanan kita. Ibarat mesin, sistem pencernakan kita memerlukan masa overhaul atau turun mesin untuk merevitalisasi kemampuan mesin. Demikian juga dengan sistem pencernakan kita, juga memerlukan turun mesin agar dapat mempunyai tenaga kembali untuk melakukan tugasnya dalam mencerna makanan dalam tubuh kita.

Keenam,
Rasulullah SAW selalu rutin berolahraga. Olahraga merupakan kegiatan menggerakan seluruh anggota tubuh secara teratur, sehingga otot-otot menjadi kuat, persendian tidak kaku, dan aliran darah berjalan lebih lancar ke semua jaringan dan organ-organ tubuh. Rasulullah SAW menganjurkan semua muslim berolahraga secara rutin sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Sabda beliau: “Ajarilah anakmu (olahraga) berenang dan memanah” (HR.Dailami).

Olahraga yang dilakukan secara rutin dapat menunjang perkembangan jiwa. Meningkatkan ketrampilan dan pertumbuhan badan.selain untuk menjaga stamina olahraga berfungsi untuk memperkuat daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah terserang penyakit.

Dalam keseharian, bila perjalanan jarak pendek, Rasullah selalu berjalan kaki, yaitu dari rumah ke masjid, dari masjid ke pasar dan dari pasar ke rumah-rumah sahabat. Bahkan beliau berjalan kaki ketika mengunjungi makam pahlawan di Baqi sekitar tiga kilometer dari pusat kota Madinah, baik pada waktu terik matahari maupun malam. Beliau tidak suka hidup manja. Sebab ketika berjalan kaki keringat mengalir di sekjur badan, pori-pori kulit terbuka dan peredaran darah berjalan nomal sehingga terhindar dari penyakit jantung. Ingatlah mencegah itu lebih baik daripada mengobati.

Ketujuh,
Rasulullah SAW selalu menjaga kebersihan. Beliau senantiasa nampak rapi dan bersih walaupun pakaian yang beliau miliki tak lebih dari dua salinan. Tak pernah ada bintik-bintik hitam atau kuning pada sorbannya. Sedang gamisnya selalu putih bersih. Tiap hari kamis atau jumat beliau mencukur rambut-rambut halus yang tumbuh di bagian pipi. Kuku juga dipotong setiap pekan. Rambut yang panjang selalu tersisir rapi pada waktu tertentu, beliau mengoleskannya dengan sejenis minyak wangi. Gigi beliau putih dan berbaris rapi.

Beliau bersabda:
“Gosoklah gigimu berulang-ulang sebab hal itu membersihkan mulut dan disukai Allah”. Rasulullah menggosok gigi bukan hanya setelah bangun tidur tapi juga setiap habis makan dan setiap hendak sholat. Pada hari jumat disunahkan untuk mandi sebelum pergi ke masjid. Nabi bersabda:
“Mandi hari jumat adalah wajib bagi setiap orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman”(HR Muslim).

Bukan saja dikala hendak melakukan sholat, diluar sholat pun setiap muslim harus memperhatikan kebersihan diri. Rasulullah menjaga kebersihan bukan hanya karena ingin sehat tapi juga merindukan kasih saying Allah.

Kedelapan,
Rasulullah SAW tidak pernah marah. Suatu riwayat menceritakan bahwa seorang untusan dari Bani Nadhir menemui Rasulullah untuk minta nasehat yang pendek dan dengan melaksanakan nasehat pendek itu, ia ingin masuk surga sehingga terlepas dari siksa neraka. Nabi memberi nasehat pendek.
“Jangan Marah”
“Ulangi nasehatmu ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”
“Sekali lagi ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”.

Siapa yang tidak pemarah hatinya aka tenteram, jika rasa marah tumbuh segeralah dihilangkan dengan merubah posisi, misalnya jika marah timbul ketika sedang berdiri maka duduklah, jika sedang duduk maka berbaringlah, segeralah berwudhu dan mengerjakan sholat sunah dua rakaat.

Kesembilan,
Rasulullah SAW menganjurkan agar jangan iri hati. Iri hati adalah saudara kandung dari buruk sangka. Misal, timbul kecemasan dan kegelisahan dalam diri seseorang jika temannya memperoleh kehidupan yang lebih baik atau pangkat yang lebih tinggi. Hati Rasulullah selalu tenteram dan tak pernah membenci siapapun. Beliau bersabda:
“Tak kan masuk surga siapa pun yang gemar memburuk-burukan nama orang lain”.(HR. Abu Dawud).
Hanya dalam dua hal umat Islam boleh bersikap iri. Sabda Rasulullah:
“Tak boleh bersikap iri kecuali dalam dua hal. Pertama terhadap orang yang memiliki kekayaan dan mempergunakannya untuk menegakkan yang haq. Kedua terhadap orang yang memiliki pengetahuan dan rajin menyebarkannya pengetahuannya itu kepada orang banyak” (HR.Bukhari).

Adanya keimanan dalam diri seseorang akan memiliki sikap hidup ikhlas dan sabar. Kedua sikap hidup tersebut merupakan kunci kebahagiaan. Hilangnya rasa ikhlas dan sabar. Kedua sikap hidup tersebut merupakan kunci kebahagiaan. Hilangnya rasa ikhlas dan sabar akan menyebabkan penyakit yang kita kenal dengan sebutan stres. Apabila stres telah menghinggapi seseorang maka dia akan menjadi lemah yang akhirnya mudah terserang penyakit.

Kesepuluh,
Rasulullah SAW kerap kali menggosok gigi (bersiwak).

Waktu-waktu yang dianjurkan menggosok gigi.
1) Ketika bangun daripada tidur. Ini berdasarkan hadis dari Huzaifah r.a dia berkata :
عَنْ حُذَيْفَةَ ، قَالَ : “ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ“ .
Adalah Rasulullah SAW apabila bangun daripada tidur di waktu malam, Baginda s.a.w membersihkan mulutnya dengan bersiwak (gosok gigi). [Sahih al-Bukhari : 240].

2) Setiap kali hendak berwudhu. Ini berdasarkan hadis Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah s.a.w bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي ، لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ الْوُضُوءِ ”
“Kalau aku tidak khuatir menyusahkan umatku, nescaya aku akan perintahkan untuk menggosok gigi setiap kali berwudhu.” [Musnad Ahmad : 10470. Shaikh Ahmad Syakir berkata: Isnadnya sahih].

3) Setiap kali hendak solat. Daripada Abu Hurairah r.a,Rasulullah s.a.w bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : “ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ ”
Kalau aku tidak khuatir menyusahkan umatku, nescaya akan aku perintahkan untuk menggosok gigi setiap kali bersolat. [Sahih al-Bukhari : 844].

4) Ketika hendak masuk ke rumah. Daripada ‘Aisyah r.a, beliau berkata:
عَنْ عَائِشَةَ ، “ أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، كَانَ إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ ، بَدَأَ بِالسِّوَاكِ ”
Rasulullah s.a.w apabila masuk ke dalam rumahnya, baginda s.a.w akan memulakan dengan menggosok gigi. [Sahih Muslim : 377].

5) Di saat mulut mula berbau, kekuningan, selepas makan dan minum dan lain-lain. Ini kerana bersiwak (menggosok gigi dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan kesihatan.

6) Ketika hendak membaca al-Quran. Ini berdasarkan riwayat daripada Ali bin Abi Talib r.a:
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ُأَنَّهُ أَمَرَ بِالسِّوَاكِ ، وَقَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا تَسَوَّكَ ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي قَامَ الْمَلَكُ خَلْفَهُ ، فَتَسَمَّعَ لِقِرَاءَتِهِ فَيَدْنُو مِنْهُ ” أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا ” حَتَّى يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيهِ فَمَا يَخْرُجُ مِنْ فِيهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ ، إِلا صَارَ فِي جَوْفِ الْمَلَكِ ، فَطَهِّرُوا أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنِ ”
Kami disuruh untuk menggosok gigi. Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya apabila seorang insan menggosok gigi, kemudian dia bangun mendirikan solat , maka seorang malaikat berdiri di belakangnya dan mendengar bacaannya. Kemudian malaikat itu mendekatinya (kata perawi: atau menyatakan kalimat yang serupa) lalu meletakkan mulutnya di atas mulut orang tersebut sehingga tiada ayat-ayat al-Quran yang keluar dari mulutnya kecuali akan masuk ke dalam perut-perut malaikat. Oleh yang demikian, sucikanlah mulut kamu bila hendak membaca al-Quran. [Musnad al-Bazzar : 568. Shaikh Al-Albani menyatakan ia hadis hasan, lihat Sahih at-Targhib wa at-tarhib:215]

Cintanya Nabi s.a.w kepada menggosok gigi

عَنْ عَائِشَةَ : “ دَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مُسْنِدَتُهُ إِلَى صَدْرِي وَمَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سِوَاكٌ رَطْبٌ يَسْتَنُّ بِهِ ، فَأَبَدَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَصَرَهُ ، فَأَخَذْتُ السِّوَاكَ فَقَصَمْتُهُ وَنَفَضْتُهُ وَطَيَّبْتُهُ ، ثُمَّ دَفَعْتُهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَنَّ بِهِ ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَنَّ اسْتِنَانًا قَطُّ أَحْسَنَ مِنْهُ ، فَمَا عَدَا أَنْ فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَهُ أَوْ إِصْبَعَهُ ، ثُمَّ قَالَ : “ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى ثَلَاثًا“ ، ثُمَّ قَضَى ، وَكَانَتْ ، تَقُولُ : مَاتَ بَيْنَ حَاقِنَتِي وَذَاقِنَتِي ” .
’Aisyah r.a menceritakan:’Abdurrahman ibn Abu Bakar r.a telah masuk menemui Nabi s.a.w sedangkan ketika itu aku sedang menyandarkan baginda s.a.w pada dadaku. Ketika itu ‘Abdurrahman membawa bersamanya kayu siwak basah yang digunakan untuk bersiwak. Maka Rasulullah s.a.w mengalihkan pandangan kepadanya.

Aku terus mengambil siwak itu dan meleraikannya, mengunyahnya serta melembutkannya, kemudian memberikannya kepada Nabi s.a.w, lalu baginda s.a.w bersiwak dengannya. Aku tidak pernah samasekali melihat Rasululah s.a.w bersiwak dengan cara yang lebih baik berbanding hari ini.

Maka setelah selesai bersiwak Rasulullah s.a.w mengangkat tangannya atau jarinya kemudian bersabda: Bersama teman yang tertinggi, baginda s.a.w mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian Baginda s.a.w wafat. ’Aisyah r.a  berkata: Rasulullah s.a.w wafat di antara tulang dadaku dan tulang daguku. [Sahih al-Bukhari : 4111]

Kesungguhan Para Sahabat Menggosok Gigi

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : “ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي ، لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ ” ، قَالَ أَبُو سَلَمَةَ : فَرَأَيْتُ زَيْدًا يَجْلِسُ فِي الْمَسْجِدِ وَإِنَّ السِّوَاكَ مِنْ أُذُنِهِ مَوْضِعَ الْقَلَمِ مِنْ أُذُنِ الْكَاتِبِ ، فَكُلَّمَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَاكَ
Abu Salamah meriwayatkan daripada Zaid bin Khalid al-Juhaniy r.a, beliau berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Kalau aku tidak khuatir menyusahkan umatku, nescaya akan aku perintahkan untuk menggosok gigi setiap kali bersolat. Abu Salamah berkata: Aku melihat Zaid duduk di dalam masjid, dan ketika itu kayu siwak berada pada telinganya, iaitu tempat diletakkan pen pada telinga seorang penulis. Setiap kali dia bangun mendirikan solat, dia akan menggosok gigi. [Sunan Abi Daud : 43, Shaikh al-Albani mensahihkannya dalam Sahih Abi Daud].

[Dari berbagai sumber]

Minggu, 20 Juli 2014

MENJAGA KESTABILAN BATHIN

Tubuh manusia hanyalah sebagai wadah sedangkan isinya adalah bathin. Setiap gerakan tubuh adalah implementasi dari bathin. Kondisi tubuh yang sehat maupun dalam keadaan sakit sangat dipengaruhi oleh keadaan bathin. Disinilah pentingnya kita menjaga kondisi bathin.

Sebagian ahli berpendapat bahwa penyembuhan penyakit itu yang didahulukan adalah penyembuhan kondisi bathinnya. Bathin atau jiwa yang stabil akan mampu memberikan stimulus dan energi penyembuhan fisik. Sebaliknya, jika kondisi jiwa rapuh, maka fisik yang semula sehat juga akan menjadi rapuh.

Jika seseoarang mempunyai jiwa yang tegar dan semangat tinggi, maka penyakitnya akan mudah dapat disembuhkan. Kekuatan bathin (jiwa) seperti inilah yang sangat dibutuhkan dalam setiap terapi penyembuhan. Oleh sebab itu menjaga kestabilan jiwa itu sangat utama agar dapat mengendalikan pikiran positif dan mengontrol emosi. Seseorang yang mempunyai kondisi bathin sehat (terbebas dari penyakit hati), maka ia dapat dengan mudah mengendalikan konflik dalam dirinya sendiri. Konflik yang terjadi dalam diri sendiri (konflik bathin) dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Maka keadaan jiwa yang damai mengantarkan seseorang menjadi bahagia, sehat jasmani dan rohani. Keadaan jiwa yang bahagia dapat mengurangi tingkat stress. Jika seseorang dapat mengendalikan stress, maka daya pertahanan tubuhnya menjadi kuat.

Jiwa yang stabil membuat seseorang jadi sabar. Sedangkan jiwa yang labil, membuat seseorang tidak sabar. Orang yang tidak sabar biasanya suka mengeluh. Merasa penyakit yang dideritanya sangat menyiksa. Hatinya kering dari pengharapan atas kesembuhan penderitaannya. Hidup terasa sangat menyiksa. Ia menjadi tidak sabar dan ingin segera terbebas dari kenyataan buruk itu. Akhirnya jiwanya jadi putus asa. Sesuatu yang sebenarnya ringan jadi berat. Cobaan hidup yang merupakan sebagai ujian dianggap adzab dari Allah yang dinilainya sangat kejam. Oleh karena itu hendaknya kita belajar melatih diri untuk menjaga kestabilan jiwa (bathin).

Setiap manusia mempunyai kondisi bathin naik-turun. Inilah yang disebut tabiat. Adanya tabiat, karena munculnya pengaruh internal dan eksternal.

Suasana hati terkadang terpengaruh oleh daya tahan fisik dan mental. Jika kita membiarkan hati terlalu hanyut dalam kecemasan, maka diri ini akan terpengaruh oleh pikiran dan emosi negatif. Dengan demikian, seluruh persepsi kita tentang kehidupan ini negatif pula. Hal demikian ini membuat kita jadi gamang dalam menentukan langkah menuju kebahagiaan hidup.

Bathin itu seperti cermin, meskipun bayangan yang dipantulkan selalu berubah-ubah, permukaannya tetap tidak berubah. Lingkungan sekitar kita boleh berubah, tetapi jagalah agar bathin tak pernah berubah. Karena bila bathin terus menerus berpaling dan mengikuti pengaruh negatif dari luar, maka ia mudah menjadi goyah. Padahal kekuatan bathin itu mampu mengalahkan setiap gangguan bahaya maupun gangguan penyakit.

Menurut Imam Abdullah al-Haddad, hati adalah tempat penglihatan Allah. Sebelum melihat yang lain, Allah melihat hati seseorang terlebih dahulu. Anggota lahir badan kita menjadi tempat perhatian sesame makhluk yang seringkali dilihat dengan pandangan kekaguman (padahal apa yang mereka lihat belum tentu mencerminkan isi hatinya). Karenanya Rasulullah selalu berdoa, “Ya Allah, jadikanlah keadaan bathinku lebih baik dari keadaan lahirku dan jadikanlah keadaan lahirku baik”.

Inilah salah satu doa yang sering dipanjatkan oleh Nabi kepada Allah. Di dalamnya terkandung permintaan agar Allah menjadikan suasana hati lebih bagus ketimbang keadaan lahir. Mengapa Nabi menitik beratkan pada bathin atau hati? Dalam sebuah hadits beliau bersabda :
“Di dalam jasad ad sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jia ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati. (HR. Bukhari-Muslim).

Hati adalah sentral, ia adalah penggerak, raja, poros, dan pusat segala ibadah. Hati yang thuma’ninah (tenang) akan dapat membuat orang ringan bangun tidur di malam hari, membaca Al-Qur’an, datang ke masjid, dan semua amal shalih lainnya. Hati bisa mengajak kepada kebaikan, di saat yang sama juga bisa mengajak kepada kejahatan.

Sebagian orang beranggapan bahwa melakukan maksiat tidak menjadi masalah asal hati kita baik. Anggapan dan keyakinan seperti ini jelas tidak benar. Menurut Imam Abdullah, orang yang berpendirian seperti ini adalah pendusta besar. Lahir dan bathin haruslah seimbang dan sama-sama baik. Ibarat makanan, ia akan diminati orang jika isi dan bungkusnya baik.