Jumat, 02 Agustus 2013

PENGARUH BEKAM BAGI PENDERITA ASMA






  
Asthma terjadi akibat reaksi berlebihan terhadap alergen (zat asing penyebab alergi) yang ditandai oleh penyempitan bronkus, sesak napas hebat dan mendadak, kemudian diikuti oleh gejala-gejala seperti, wheezing (bunyi ngik-ngik), lelah, gangguan kesadaran, kulit membiru, perubahan tekanan darah dan bekerjanya otot bantu pernapasan.

Seorang yang mengalami alergi mempunyai kecendrungan untuk membentuk antibodi Ig E (Immunoglobin E) dalam jumlah yang tak normal, dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila bereaksi dengan antigen spesifiknya. Pada kondisi asma, antibodi ini terutama melekat di sel mast interstisial paru yang terkait erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil.

Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat. Setelahnya, antibodi yang telah melekat pada sel mast akan bereaksi dengan alergen, sehingga menyebabkan sel ini mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini menyebabkan udema (bengkak) lokal pada dinding bronkiolus kecil, pelepasan mukus (lendir) yang kental dalam lubang bronkiolus dan spasme otot polos bronkiolus, akibatnya ketegangan saluran napas pun meningkat.

Sementara bekam dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat. Berdasarkan beberapa penelitian, bekam dapat meningkatkan kemampuan peremajaan eritrosit. Terapi bekam yang dilakukan secara teratur di duga kuat dapat merangsang kekebalan seluler, sehingga daya tahan tubuh meningkat.

Pembekaman mengakibatkan bendungan lokal, perangsangan titik meridian, hipoksia dan radang, hal inilah yang dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat. Lima hari setelah pembekaman tebukti akan meningkatkan kelenturan dinding sel darah merah, merangsang kerja sistem kekebalan tubuh, yang meliputi sel limfosit T CD8+, makrofag, dan sel pembunuh alami, maka hasil akhirnya adalah terjadinya peningkatan daya tahan tubuh. Mekanisme peningkatan daya tahan tubuh tersebut akan sama, baik bekam dilakukan sebagai pencegahan maupun pengobatan terhadap penyakit.

Di sisi lain makrofag menghasilkan sitokin dalam jumlah yang berlebihan, sehingga makrofag merupakan sel efektor penting pada kekebalan yang diperantarai oleh sel, misalnya hipersensitivitas tipe lambat. Sitokin ini tidak hanya mempengaruhi sel T dan sel B, tetapi juga mempengaruhi jenis sel lain seperti sel endotel dan fibrolas.

Makrofag bekerja untuk melumpuhkan dan akhirnya membunuh mikroba yang diikat oleh antibodi dan/atau komplemen, oleh karena itu makrofag merupakan unsur pemberi pengaruh yang penting pada kekebalan humoral dan seluler.

Adapun mekanisme pada kerusakan jaringan, sama dengan mekanisme yang digunakan oleh sel T untuk menyingkirkan sel yang berkaitan dengan mikroba. Sel T CD4+ bereaksi terhadap antigen pada sel atau jaringan, lalu terjadi pelepasan sitokin yang memicu inflamasi dan aktivasi makrofag. Kerusakan jaringan disebabkan oleh pelepasan sitokin dari makrofag dan sel-sel inflamasi yang lain. Sel T CD8+ dapat menghancurkan sel yang berkaitan dengan antigen asing.

Pada banyak penyakit auto kekebalan yang diperantarai oleh sel T, terdapat sel T CD4+ dan sel T CD8+ yang spesifik untuk antigen diri, dan keduanya berperan pada kerusakan jaringan. Bukti secara eksperimental menunjukkan bahwa pertahanan anti mikobakteri adalah makrofag dan limfosit T.

Sel fagosit mononuklear atau makrofag berperan sebagai pemberi pengaruh utama sedangkan limfosit T sebagai pendukung proteksi atau kekebalan. Makrofag bertugas melumpuhkan dan akhirnya membunuh mikroba yang diikat oleh antibodi dan/atau komplemen, oleh karena itu makrofag merupakan unsur pemberi pengaruh yang penting pada kekebalan humoral dan seluler.

Pada sistem kekebalan, sel darah putih bergerak sebagai organisme selular bebas dan merupakan lengan kedua sistem kekebalan bawaan. Sel darah putih bawaan termasuk fagosit makrofag, neutrofil, dan sel dendritik, sel mast, eosinofil, basofil dan sel pembunuh alami. Sel tersebut mengenali dan membunuh patogen dengan menyerang patogen yang lebih besar melalui kontak atau dengan menelan lalu membunuh mikroorganisme tersebut. Sel bawaan juga merupakan mediator penting pada aktivitas sistem kekebalan adaptif.



Berdasarkan mekanisme yang telah dijabarkan, ditambah dengan adanya kenyataan secara statistik, bekam terbukti meningkatkan sel limfosit T pembunuh, maka terapi bekam untuk serangan asma adalah sangat tepat dan rasional.

Berkaitan dengan fungsi bekam pada kasus asma, maka terdapat dua tujuan pembekaman terhadap pasien asma. Pertama, meningkatkan dan memperbaiki imunitas. Adapun area pembekamannya pada titik kahil, katifain dan akhda’ain atau semua titik di tengkuk dan punggung. Dengan demikian, diharapkan sistem imun dan reaksi radang dapat diperbaiki dan dioptimalkan.

Kedua, yaitu bertujuan untuk memperbaiki sistem organ paru dan saluran napas. Area pembekamannya adalah satu jari dari dibawah tulang selangka (klavikula) kiri kanan, tiga jari dari tulang dada setinggi puting susu kiri dan kanan serta di ulu hati. Dengan ini, diharapkan bronkus dan bronkiolus yang menyempit, serta cairan di saluran pernapasan mendapat reaksi langsung akibat pembekaman.

Reaksi sistem imun yang terjadi di dalam tubuh amat sangat komplek. Maka seharusnya terapis dan pasiennya selain berikhtiyar dengan bekam, harus juga bertawakkal dan menyandarkan kesembuhan hanya kepada Allah Swt. (tb – Wahyudi Widada, S.Kp, M.Ked)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar