Salah satu nikmat Allah yang
harus kita jaga adalah nikmat kesehatan. Betapa tingginya nikmat kesehatan ini
dapat kita rasakan ketika kita telah dirundung sakit. Oleh karena itu, maka
mencegah agar kita tidak sakit akan jauh lebih berharga dibandingkan dengan
mengobatinya, meskipun kita percaya bahwa semua penyakit memang ada obatnya.
Salah satu usaha untuk mencegah
supaya kita tidak gampang sakit adalah mengikuti cara yang pernah dilakukan
oleh Rasulullah SAW. Dalam sejarah Rasulullah SAW, konon diketahui bahwa selama
hidupnya pernah mengalami sakit satu kali saja. Yaitu ketika beliau menjelang
tutup usia. Memang ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah
mengalami sakit lebih dari satu kali. Namun, pendapat tersebut tetap
menunjukkan bahwa Rasulullah memang jarang menderita sakit selama hidupnya.
Dengan melihat betapa sibuknya beliau dalam mengemban tugas kenabian, maka
pendapat tersebut tetap memberikan gambaran betapa kuat fisik beliau atau
betapa kuat daya tahan beliau.
Pertanyaan yang akan dijelaskan
dalam tulisan singkat ini adalah kiat-kiat apakah yang beliau lakukan dalam
keseluruhan kehidupan beliau, sehingga Rasulullah SAW memang memiliki daya
tahan fisik yang begitu kuat? Ada beberapa kebiasaan hidup yang rupanya menjadi
fondasi yang kuat bagi kesehatan beliau.
Pertama,
Rasulullah SAW sangat selektif
dalam memilih
makanan yang halalan dan toyyiban.
Rasulullah SAW hanya makan makanan yang halal, dalam arti bukan makanan haram
yang diperoleh dari usaha atau cara yang tidak dibenarkan secara syariat.
Dengan kata lain, Rasulullah SAW selalu makan makanan yang diperoleh dengan
cara yang benar. Bukan makanan dari hasil curian, bukan berasal dari uang
korupsi, dan sebagainya. Halal terkait dengan urusan akhirat. Sementara toyyib
terkait dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya untuk kesehatan kita, atau
bergizi atau tidaknya makanan yang kita makan. Sate kambing, sebagai contoh,
memang merupakan makanan yang halal, karena diperoleh dari membeli dengan
menggunakan uang dari jerih payah dalam bekerja, bukan uang korupsi dan atau
bukan berasal dari hasil mencuri. Namun sate kambing bukan makanan yang toyyib bagi
seseorang yang mungkin mengalami tekanan darah tinggi.
Kedua,
Rasulullah SAW tidak makan sebelum
lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang. Dalam hal ini,
Rasulullah SAW tidak makan sampai terlalu kenyang. Tidak makan sampai di luar
batas kemampuan perutnya. Rasulullah mempertimbangkan kemampuan perut dengan
perbandingan yang seimbang antara sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk
minuman, dan sepertiganya lagi untuk udara (oksigen) di dalam perut.
Perbadingan ideal tersebut hanya dapat dilakukan jika beliau tidak makan
sebelum lapar, segera berhenti makan sebelum kenyang. Dengan kata lain, makan
yang baik adalah pada waktunya. Penyakit maag pada umumnya terjadi karena cara
makan yang tidak teratur.
Ketiga,
Rasulullah SAW makan dengan
tenang, tuma’ninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo yang sedang.
Cara makan yang dilakukan Rasulullah SAW ternyata sangat sesuai dengan anjuran
kesehatan, agar kita mengunyah makanan sampai sekitar 32 kali, sehingga makanan
yang kita makan sampai di usus besar dapat dicernakkan dengan mudah, dan
kemudian diserap di usus halus dengan mudah pula. Tugas usus akan sangat
terbantu oleh cara makan yang tenang, tumakninah, tidak tergesa-gesa, dan
dengan tempo yang sedang. Kita akan menikmati lezatnya makanan yang kita makan
dengan cara makan yang demikian. Dan dengan demikian, rasa syukur akan muncul
ketika kita makan, di samping memulai makan dengan basmallah dan mengakhirinya
dengan hamdallah.
Keempat,
Rasulullah SAW cepat tidur dan
cepat bangun. Jika sudah waktunya tidur, maka Rasulullah SAW
akan cepat tidur. Tidur yang tepat di malam hari kira-kira adalah seusai
istirahat setelah shalat Isya, kurang lebih pukul 21.30. Kemudian kira-kira
pukul 03.00 sudah bangun di pertiga malam untuk shalat malam. Dengan demikian
waktu yang digunakan untuk tidur adalah kurang dari delapan jam. Dalam konteks
ini, penggunaan waktu 24 jam dalam satu hari satu malam, adalah sepertiga untuk
bekerja, sepertiga untuk beribadah kepada Allah, dan sepertiga lagi adalah
untuk tidur yang cukup. Tentu saja, perbandingan ini tidaklah kaku, melainkan
dalam pengertian dalam keseimbangan.
Dalam hal urusan tidur, beliau
tidak tidur melebih kebutuhan, namun tidak juga menahan diri tidak menahan diri
untuk tidur sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal kebutuhan tidur yang melebih
kebutuhan ini pernah diadakan penelitian oleh Daniel F. Kripke, seorang ahli
psikiatri Universitas California, Amerika Serikat. Penelitiannya yang dilakukan
di Jepang dan Amerika Serikat selama 6 tahun dengan responden berusia 30 – 120
tahun, dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang memiliki kebiasaan tidur lebih
dari 8 jam sehari memiliki resiko kematian yang lebih cepat. Hal ini sangat
berlawanan dengan mereka yang memiliki kebiasaan tidur kurang dari delaman jam,
6 – 7 jam, maksimal 8 jam.
Menurut riwayat, cara tidur
Rasulullah adalah miring ke kanan, menghadap kiblat. Jika sudah penat dengan
cara ini, kemudian beliau miring ke kiri barang sejenak dan kemudian miring ke
kanan kembali.
Tiga manfaat yang dapat diambil
dari posisi tidur miring ke kanan, yaitu:
a.
Menjaga saluran pernafasan
Tidur miring mencegah jatuhnya
lidah ke pangkal yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Tidur dengan posisi
telentang, mengakibatkan saluran pernafasan terhalang oleh lidah. Yang juga
mengakibatkan seseorang mendengkur. Orang yang mendengkur saat tidur
menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Bahkan terkadang dapat mengakibatkan
terhentinya nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkannya dari tidur.
Orang tersebut biasanya akan bangun dengan keadaan pusing karena kurangnya
oksigen yang masuk ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu kualitas tidur.
b.
Menjaga kesehatan jantung
Tidur miring ke kanan membuat
jantung tidak tertimpa organ lainnya. Hal ini disebabkan karena posisi jantung
yang lebih condong berada di sebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri
menyebabkan curah jantung yang berlebihan, karena darah yang masuk ke atrium
juga banyak yang disebabkan karena paru-paru kanan berada di atas. Sedangkan
paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru
kiri.
c.
Menjaga kesehatan paru-paru
Paru-paru kiri lebih kecil
dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring ke sebelah kanan,
jantung akan condong ke sebelah kanan. Hal ini tidak menjadi masalah karena
paru-paru kanan lebih besar. Lain halnya jika bertumpu pada sebelah kiri,
jantung akan menekan paru-paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini
sangat tidak baik.
Namun Rasullah juga terkadang miring ke kiri untuk sementara dan kemudian kembali lagi miring ke kanan.
Namun Rasullah juga terkadang miring ke kiri untuk sementara dan kemudian kembali lagi miring ke kanan.
Sebelum tidur dianjurkan untuk
berdoa, sebagaimana Rasulullah mencontohkan doa sebelum tidur:
“Dengan namaMu ya Allah, aku
hidup dan aku mati” (HR Bukhari-Muslim).
Kemudian ketika bangun tidur
kita juga dianjurkan untuk berdo’a:
“Segala puji bagi Allah yang
telah menghidupkan kami setelah Ia mematikan kami. Dan kepadaNyakita semua
berkumpul” (HR Bukhari).
Kelima,
Rasulullah SAW selalu istiqamah melaksanakan puasa sunah, di luar puasa
wajib Ramadhan. Dari segi kesehatan, puasa merupakan satu bentuk
pemberian istirahat bagi sistem pencernakan makanan kita. Ibarat mesin, sistem
pencernakan kita memerlukan masa overhaul atau turun mesin untuk
merevitalisasi kemampuan mesin. Demikian juga dengan sistem pencernakan kita,
juga memerlukan turun mesin agar dapat mempunyai tenaga kembali untuk melakukan
tugasnya dalam mencerna makanan dalam tubuh kita.
Keenam,
Rasulullah SAW selalu rutin berolahraga. Olahraga
merupakan kegiatan menggerakan seluruh anggota tubuh secara teratur, sehingga
otot-otot menjadi kuat, persendian tidak kaku, dan aliran darah berjalan lebih
lancar ke semua jaringan dan organ-organ tubuh. Rasulullah SAW menganjurkan
semua muslim berolahraga secara rutin sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan
kesegaran jasmani. Sabda beliau: “Ajarilah anakmu (olahraga) berenang dan
memanah” (HR.Dailami).
Olahraga yang dilakukan secara
rutin dapat menunjang perkembangan jiwa. Meningkatkan ketrampilan dan
pertumbuhan badan.selain untuk menjaga stamina olahraga berfungsi untuk
memperkuat daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Dalam keseharian, bila
perjalanan jarak pendek, Rasullah selalu berjalan kaki, yaitu dari rumah ke
masjid, dari masjid ke pasar dan dari pasar ke rumah-rumah sahabat. Bahkan
beliau berjalan kaki ketika mengunjungi makam pahlawan di Baqi sekitar tiga
kilometer dari pusat kota Madinah, baik pada waktu terik matahari maupun malam.
Beliau tidak suka hidup manja. Sebab ketika berjalan kaki keringat mengalir di
sekjur badan, pori-pori kulit terbuka dan peredaran darah berjalan nomal
sehingga terhindar dari penyakit jantung. Ingatlah mencegah itu lebih baik
daripada mengobati.
Ketujuh,
Rasulullah SAW selalu menjaga kebersihan.
Beliau senantiasa nampak rapi dan bersih walaupun pakaian yang
beliau miliki tak lebih dari dua salinan. Tak pernah ada bintik-bintik hitam
atau kuning pada sorbannya. Sedang gamisnya selalu putih bersih. Tiap hari
kamis atau jumat beliau mencukur rambut-rambut halus yang tumbuh di bagian
pipi. Kuku juga dipotong setiap pekan. Rambut yang panjang selalu tersisir rapi
pada waktu tertentu, beliau mengoleskannya dengan sejenis minyak wangi. Gigi
beliau putih dan berbaris rapi.
Beliau bersabda:
“Gosoklah gigimu berulang-ulang
sebab hal itu membersihkan mulut dan disukai Allah”. Rasulullah menggosok gigi
bukan hanya setelah bangun tidur tapi juga setiap habis makan dan setiap hendak
sholat. Pada hari jumat disunahkan untuk mandi sebelum pergi ke masjid. Nabi
bersabda:
“Mandi hari jumat adalah wajib
bagi setiap orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai
harum-haruman”(HR Muslim).
Bukan saja dikala hendak
melakukan sholat, diluar sholat pun setiap muslim harus memperhatikan
kebersihan diri. Rasulullah menjaga kebersihan bukan hanya karena ingin sehat
tapi juga merindukan kasih saying Allah.
Kedelapan,
Rasulullah SAW
tidak pernah marah. Suatu
riwayat menceritakan bahwa seorang untusan dari Bani Nadhir menemui Rasulullah
untuk minta nasehat yang pendek dan dengan melaksanakan nasehat pendek itu, ia
ingin masuk surga sehingga terlepas dari siksa neraka. Nabi memberi nasehat
pendek.
“Jangan Marah”
“Ulangi nasehatmu ya
Rasulullah!”
“Jangan Marah”
“Sekali lagi ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”.
Siapa yang tidak pemarah
hatinya aka tenteram, jika rasa marah tumbuh segeralah dihilangkan dengan merubah
posisi, misalnya jika marah timbul ketika sedang berdiri maka duduklah, jika
sedang duduk maka berbaringlah, segeralah berwudhu dan mengerjakan sholat sunah
dua rakaat.
Kesembilan,
Rasulullah SAW menganjurkan
agar jangan
iri hati. Iri hati adalah saudara kandung dari buruk sangka.
Misal, timbul kecemasan dan kegelisahan dalam diri seseorang jika temannya
memperoleh kehidupan yang lebih baik atau pangkat yang lebih tinggi. Hati
Rasulullah selalu tenteram dan tak pernah membenci siapapun. Beliau bersabda:
“Tak kan masuk surga siapa pun
yang gemar memburuk-burukan nama orang lain”.(HR. Abu Dawud).
Hanya dalam dua hal umat Islam
boleh bersikap iri. Sabda Rasulullah:
“Tak boleh bersikap iri kecuali
dalam dua hal. Pertama terhadap orang yang memiliki kekayaan dan
mempergunakannya untuk menegakkan yang haq. Kedua terhadap orang yang memiliki
pengetahuan dan rajin menyebarkannya pengetahuannya itu kepada orang banyak”
(HR.Bukhari).
Adanya keimanan dalam diri
seseorang akan memiliki sikap hidup ikhlas dan sabar. Kedua sikap hidup
tersebut merupakan kunci kebahagiaan. Hilangnya rasa ikhlas dan sabar. Kedua
sikap hidup tersebut merupakan kunci kebahagiaan. Hilangnya rasa ikhlas dan
sabar akan menyebabkan penyakit yang kita kenal dengan sebutan stres. Apabila
stres telah menghinggapi seseorang maka dia akan menjadi lemah yang akhirnya
mudah terserang penyakit.
Kesepuluh,
Rasulullah SAW kerap kali menggosok gigi (bersiwak).
Rasulullah SAW kerap kali menggosok gigi (bersiwak).
Waktu-waktu
yang dianjurkan menggosok gigi.
1) Ketika bangun daripada
tidur. Ini berdasarkan hadis dari Huzaifah r.a dia berkata :
عَنْ حُذَيْفَةَ ، قَالَ :
“ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ
اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ“ .
Adalah Rasulullah SAW apabila
bangun daripada tidur di waktu malam, Baginda s.a.w membersihkan mulutnya
dengan bersiwak (gosok gigi). [Sahih al-Bukhari : 240].
2) Setiap kali hendak berwudhu. Ini berdasarkan hadis Nabi s.a.w
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah s.a.w bersabda:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : “ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي ،
لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ الْوُضُوءِ ”
“Kalau aku tidak khuatir
menyusahkan umatku, nescaya aku akan perintahkan untuk menggosok gigi setiap
kali berwudhu.” [Musnad Ahmad : 10470. Shaikh Ahmad Syakir berkata: Isnadnya
sahih].
3) Setiap kali hendak solat. Daripada Abu Hurairah
r.a,Rasulullah s.a.w bersabda:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : “ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي
أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ ”
Kalau aku tidak khuatir
menyusahkan umatku, nescaya akan aku perintahkan untuk menggosok gigi setiap
kali bersolat. [Sahih al-Bukhari : 844].
4) Ketika hendak masuk ke rumah. Daripada ‘Aisyah r.a, beliau
berkata:
عَنْ عَائِشَةَ ، “ أَنّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، كَانَ إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ
، بَدَأَ بِالسِّوَاكِ ”
Rasulullah s.a.w apabila masuk
ke dalam rumahnya, baginda s.a.w akan memulakan dengan menggosok gigi. [Sahih
Muslim : 377].
5) Di saat mulut mula berbau, kekuningan, selepas makan dan
minum dan lain-lain. Ini kerana bersiwak (menggosok gigi dianjurkan untuk
menjaga kebersihan dan kesihatan.
6) Ketika hendak membaca
al-Quran. Ini berdasarkan riwayat daripada Ali bin Abi Talib r.a:
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ ُأَنَّهُ أَمَرَ بِالسِّوَاكِ ، وَقَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا تَسَوَّكَ ، ثُمَّ قَامَ
يُصَلِّي قَامَ الْمَلَكُ خَلْفَهُ ، فَتَسَمَّعَ لِقِرَاءَتِهِ فَيَدْنُو مِنْهُ
” أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا ” حَتَّى يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيهِ فَمَا يَخْرُجُ مِنْ
فِيهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ ، إِلا صَارَ فِي جَوْفِ الْمَلَكِ ، فَطَهِّرُوا
أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنِ ”
Kami disuruh untuk menggosok
gigi. Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya apabila seorang insan menggosok
gigi, kemudian dia bangun mendirikan solat , maka seorang malaikat berdiri di
belakangnya dan mendengar bacaannya. Kemudian malaikat itu mendekatinya (kata
perawi: atau menyatakan kalimat yang serupa) lalu meletakkan mulutnya di atas
mulut orang tersebut sehingga tiada ayat-ayat al-Quran yang keluar dari
mulutnya kecuali akan masuk ke dalam perut-perut malaikat. Oleh yang demikian,
sucikanlah mulut kamu bila hendak membaca al-Quran. [Musnad al-Bazzar : 568.
Shaikh Al-Albani menyatakan ia hadis hasan, lihat Sahih at-Targhib wa
at-tarhib:215]
Cintanya
Nabi s.a.w kepada menggosok gigi
عَنْ عَائِشَةَ :
“ دَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مُسْنِدَتُهُ إِلَى صَدْرِي
وَمَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سِوَاكٌ رَطْبٌ يَسْتَنُّ بِهِ ، فَأَبَدَّهُ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَصَرَهُ ، فَأَخَذْتُ
السِّوَاكَ فَقَصَمْتُهُ وَنَفَضْتُهُ وَطَيَّبْتُهُ ، ثُمَّ دَفَعْتُهُ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَنَّ بِهِ ، فَمَا رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَنَّ اسْتِنَانًا قَطُّ
أَحْسَنَ مِنْهُ ، فَمَا عَدَا أَنْ فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَهُ أَوْ إِصْبَعَهُ ، ثُمَّ قَالَ :
“ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى ثَلَاثًا“ ، ثُمَّ قَضَى ، وَكَانَتْ ،
تَقُولُ : مَاتَ بَيْنَ حَاقِنَتِي وَذَاقِنَتِي ” .
’Aisyah r.a
menceritakan:’Abdurrahman ibn Abu Bakar r.a telah masuk menemui Nabi s.a.w
sedangkan ketika itu aku sedang menyandarkan baginda s.a.w pada dadaku. Ketika
itu ‘Abdurrahman membawa bersamanya kayu siwak basah yang digunakan untuk bersiwak.
Maka Rasulullah s.a.w mengalihkan pandangan kepadanya.
Aku terus mengambil siwak itu
dan meleraikannya, mengunyahnya serta melembutkannya, kemudian memberikannya
kepada Nabi s.a.w, lalu baginda s.a.w bersiwak dengannya. Aku tidak pernah
samasekali melihat Rasululah s.a.w bersiwak dengan cara yang lebih
baik berbanding hari ini.
Maka setelah selesai bersiwak
Rasulullah s.a.w mengangkat tangannya atau jarinya kemudian bersabda: Bersama
teman yang tertinggi, baginda s.a.w mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian
Baginda s.a.w wafat. ’Aisyah r.a berkata:
Rasulullah s.a.w wafat di antara tulang dadaku dan tulang daguku.
[Sahih al-Bukhari : 4111]
Kesungguhan
Para Sahabat Menggosok Gigi
عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ
الْجُهَنِيِّ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ : “ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي ،
لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ ” ، قَالَ أَبُو
سَلَمَةَ : فَرَأَيْتُ زَيْدًا يَجْلِسُ فِي الْمَسْجِدِ
وَإِنَّ السِّوَاكَ مِنْ أُذُنِهِ مَوْضِعَ الْقَلَمِ مِنْ أُذُنِ الْكَاتِبِ ،
فَكُلَّمَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَاكَ
Abu Salamah meriwayatkan
daripada Zaid bin Khalid al-Juhaniy r.a, beliau berkata: Aku pernah mendengar
Rasulullah s.a.w bersabda: Kalau aku tidak khuatir menyusahkan umatku, nescaya
akan aku perintahkan untuk menggosok gigi setiap kali bersolat. Abu Salamah
berkata: Aku melihat Zaid duduk di dalam masjid, dan ketika itu kayu siwak
berada pada telinganya, iaitu tempat diletakkan pen pada telinga seorang
penulis. Setiap kali dia bangun mendirikan solat, dia akan menggosok gigi.
[Sunan Abi Daud : 43, Shaikh al-Albani mensahihkannya dalam Sahih Abi Daud].
[Dari berbagai sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar