Jumat, 26 Oktober 2007

JANGAN BEKAM DI SEMBARANG TEMPAT

Di pinggir-pinggir jalan atau di emperan masjid, kerap ditemui orang yang menawarkan praktek bekam. Dengan peralatan seadanya, darah pasien akan disedot pada beberapa titik, umumnya di batang leher belakang atau di punggung, lalu dibuang. Meski ada yang tertarik dibekam, praktek pengobatan yang terkesan dilakukan serampangan ini justru sering memunculkan sejumlah keraguan, mulai dari kebersihan alat hingga kompetensi pelaku pembekaman.

Alih-alih tertarik dibekam, beberapa orang malah jadi antipati dan berpikir seribu kali jika ditawarkan dibekam. Masalahnya, ya, itu tadi. “Ini kan praktek pengobatan, kalau dilakukan serampangan seperti itu, justru saya jadi takut,”. Pengobatan, walaupun alternatif tetap harus memperhatikan kebersihan dan sterilitas baik dari alat maupun dari segi caranya. Apalagi terkait dengan melukai tubuh dan juga berkenaan dengan darah maupun cairan seseorang.

Bekam adalah praktek pengobatan yang bagus untuk menyembuhkan penyakit maupun menjaga kesehatan. Namun itu bisa dicapai dengan memperhatikan aspek medis, seperti melakukan tensimeter, memperhatikan indikasi, maupun kontraindikasi bekam, kebersihan, termasuk pula mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu individu ke individu lainnya.

Sebagaimana kita ketahui bersama dari beberapa literatur bahwa bekam adalah praktek pengobatan yang dilakukan dengan cara membuang darah yang menyumbat pembuluh-pembuluh darah. Sumbatan pembuluh darah ini paling besar terjadi pada kapiler darah. Ini terjadi karena kapiler adalah pembuluh darah dengan diameter paling kecil, yaitu 0,0009 sentimeter, jauh lebih kecil dibandingkan pembuluh darah vena, arteri besar, maupun aorta. Di sisi lain, diameter sel darah merah ternyata jauh lebih besar dibanding kapiler darah, yaitu sekitar 7 mikronmeter.

“Meski mempunyai diameter yang lebih besar, sel darah merah mempunyai daya elastisitas yang tinggi. Ini yang memungkinkan sel darah merah bisa melewati kapiler darah,”

Nah, daya elastisitas sel darah merah itu sangat bergantung pada usia darah. Usia darah adalah 120 hari. Semakin tua usia darah, daya elastisitasnya semakin rendah. Darah tua inilah yang paling sering membuat penyumbatan di pembuluh darah. “Itulah perlunya bekam,” Penyumbatan darah biasa terjadi di daerah-daerah yang kurang bergerak, seperti leher belakang, bahu, punggung, maupun pinggang.

Selain menghilangkan sumbatan di pembuluh darah, manfaat lain yang diperoleh dengan bekam antara lain mencegah kekakuan pembuluh darah, meningkatkan penyampaian zat makanan dan oksigen ke semua sel tubuh, mengurangi sisa produk metabolisme tubuh, mengeluarkan racun, merangsang regenerasi sel-sel darah merah baru, merangsang sistem kekebalan tubuh, serta mengurangi beban kerja limpa. “Karena sel darah tua harus dipecah di limpa. Dengan dibuang, otomatis kerja limpa jadi lebih ringan,”.

Indikasi bekam dilakukan untuk orang yang punya darah tinggi, gangguan kolesterol, kekakuan pembuluh darah, bahkan orang yang punya penyakit jantung. Namun bekam juga dilakukan untuk pemeliharaan kesehatan, dengan dilakukan sebulan sekali. Dalam pengambilannya, darah yang dikeluarkan tidak boleh lebih dari 125 cc (kira-kira setengah gelas air minum mineral). Bila diambil melebihi jumlah itu, dikhawatirkan bisa timbulkan syok.

Namun, ada sejumlah kondisi yang membuat orang sebaiknya tidak melakukan bekam. Kondisi yang disebut sebagai kontraindikasi tersebut, antara lain orang yang mengalami anemia, kulit keriput, pasien yang mengkonsumsi obat pengencer darah, penyakit kulit kronis, diabetes dengan gula darah tinggi (kecuali trapis yang sudah mahir), hipotensi, kelainan darah, bengkak, kelainan pembuluh darah, trombosit rendah, serta hipertensi maligna (di atas 190/110 mmHg).


“Itulah sebabnya bekam harus dilakukan dengan memperhatikan aspek medis. Bahkan sebelum bekam harusnya darah ditensi dulu. Praktek bekam di pinggir jalan tidak lakukan itu, asal bekam tanpa memperhatikan dan tanpa mempertimbangkan sisi keamanan dan kenyamanan pasien”.