Jurnal Medis Inggris pada tahun 1985
edisi 31 menerbitkan sebuah studi tentang penggunaan madu dalam pengobatan
infeksi lambung dan usus pada anak-anak. Studi dilakukan terhadap 169 anak yang
umurnya berkisar atara 8 – 11 tahun.
Anak-anak itu dipisahkan ke dalam dua
kelompok. Kelompok pertama diberi pengobatan diare biasa yang mencakup
pemberian cairan melalui mulut maupun kelenjar. Cairan yang diberikan melalui
mulut mengandung glukosa 111 mili mol/liter (2 gram/100ml), sodium 48
milimol/liter, potassium 28 milimol/liter, dan klor 76 milimol/liter. Hal ini
sesuai dengan persyaratan WHO dan UNICEF.
Sedangkan kelompok kedua diberi cairan
melalui mulut dengan kadar yang sama. Bedanya mereka diberi 50 ml madu murni
dalam setiap liter cairan sebagai gantik glukosa.
Berdasarkan uji coba tersebut, para
peneliti berkesimpulan :
Madu mampu mengurangi masa deare pada
penderita yang diakibatkan serangan bakteri Salmonella, Shighella, dan E. Coli.
Ini dikarenakan khasiat madu sebagai antibakteri.
Kebutuhan penderita akan antibiotic
semakin berkurang pada anak-anak yang diobati dengan menambahkan madu.
Penggunaan madu bisa aman digunakan
sebagai pengganti glukosa dengan syarat cairan mengandung kadar anomali
tertentu. Kadar konsentrasi madu yang
harus diberikan pun harus sebanding dengan 111 minol glukosa dan frukotosa
perliter (2gram/100ml).
#kedokteran nabi.