Kamis, 13 November 2014

REDAKAN NYERI LAMBUNG DENGAN MADU



Jurnal Medis Inggris pada tahu 1985 edisi 31 menerbitkan sebuah studi tentang penggunaan madu dalam pengobatan infeksi lambung dan usus pada anak-anak. Studi dilakukan terhadap 169 anak yang umurnya berkisar antara 8-11 tahun.

Anak-anak itu dipisahkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi pengotan diare biasa yang mencakup pemberian cairan melalui mulut maupun kelenjar. Cairan yang diberikan melalui mulut mengandung glukosa 111 mili mol/liter (2 gram/100ml), sodium 48 milimol/liter, potassium 28 milimol/liter, dan klor 76 milimol/liter. Hal ini sesuai dengan persyaratan WHO dan UNICEF.

Sedangkan kelompok kedua diberi cairan melalui mulut dengan kadar yang sama. Bedanya mereka diberi 50 ml madu murni dalam setiap liter cairan sebagai ganti glukosa.

Melalui tahap yang panjang dan berdasarkan uji coba tersebut, maka para peneliti berkesimpulan :
1.    Madu mampu mengurangi masa diare pada penderita yang diakibatkan serangan bakteri Salmonella, Shigella, dan E. Coli. Ini dikarenakan khasiat madu sebagai anti bakteri.
2.    Kebutuhan penderita akan antibiotic semakin berkurang pada anak-anak yang diobati dengan menambahkan madu.
3.    Penggunaan madu bisa aman digunakan sebagai pengganti glukosa dengan syarat cairan tersebut mengandung kadar anomali tertentu. Kadar konsentrasi madu yang harus diberikan pun harus sebanding dengan 111 milimol glukosa dan fruktosa perliter (2gram/100ml).
4.    Karena madu mengandung kadar gula yang tinggi, ia bisa digunakan untuk membantu penyerapan air dan sodium dari usus.
5.    Kadar madu yang digunakan dalam studi ini adalah 50 ml dari madu murni. Dari setiap 1 liter cairan yang diambil melalui mulut ternyata mengandung 48 milimol sodium, 28 milimol potassium, 76 milimol glukosa, dan fruktosa.
6.    Fruktosa dalam madu bisa mendorong penyerapan air dari usus tanpa harus menambah penyerapan sodium. Perlu Anda ketahui bahwa peningkatan sodium darah akan menyebabkan keluhan lainnya.
7.    Para peneliti menegaskan bahwa meskipun madu mengandung kadar gula yang tinggi, namun ia tidak menyebabkan terjadinya diare osmotik. Dengan catatan, ketika ia digunakan dalam dosis yang tepat sebagai pasokan cairan bagi penderita diare.
8.    Pemberian madu bersama cairan yang digunakan dalam pengobatan diare bisa mengurangi masa pengobatan diare bakteris (yang disebabkan bakteri) dan diare nonbakteri.
9.    Madu itu aman dan tidak mengandung efek samping apapun. Selain itu, penderita tidak menunjukkan adanya keluhan alergis. Madu juga mudah di dapat. Jika digunakan sesuai petunjuknya maka madu akan berkhasiat dalam pengobatan diare.
Dengan demikian, benarlah sabda Rasulullah, “Mahabenar Allah (tentang madu). Perut saudaramulah yang berdusta.” Beliau berpesan kepada lelaki tersebut (sahabatnya) untuk terus member madu. Dengan izin Allah, akhirnya lelaki itu pun sembuh. Apakah Rasulullah melakukan uji coba laboratorium? Apakah beliau mempelajari khasiat madu sebagai antibakteri? Sama sekali tidak. Itu semua adalah kekuasaan, wahyu dan ilham dari Allah Swt.


#Kedokteran Nabi